[ 10 Hari Dalam Diksi merupakan kegiatan tantangan menulis yang diadakan oleh OA Bersajak. Diselenggarakan pada bulan September 2019. #Bersajak #10HariDalamDiksi #10HDDSeptember #September ]
#HariKe6 X #HariKe7
Tema : Semangat X Ekspansi
"Perusahaan tempat kerja mama mau melebarkan pasar mereka, jadi mama dikirim ke sana." katanya sambil menyeruput es teh dalam plastik yang baru kami beli dari kantin. "Mungkin karena itu, mama dan beberapa karyawan lain ikut pergi." Sesekali tangannya yang basah ia usapkan pada celana abu-abunya, membuat bagian itu menjadi sedikit lebih gelap.
"Dan kamu percaya?" Tanyaku, sambil berusaha mencerna kalimatnya yang penuh makna tersirat.
Dia menggeleng, kemudian mengulurkan tangan, membantuku melewati pembatas menuju danau kecil di belakang sekolah. Rok sepan selututku ini memang gampang rewel, butuh banyak tangan di medan seperti ini.
Bel pulang sekolah sudah lama lewat, pun obrolan terakhir kami. Sekarang hanya ada bising angin dan beberapa bapak-bapak yang memancing agak jauh di sana. Tidak ada suaraku, tidak ada suaranya.
Aku tahu, dia ke sini bukannya mau bilang sesuatu padaku seperti kemarin-kemarin ã…¡walaupun belum jadi-jadi. Dia ke sini hanya untuk diam, dan tidak mau mendengar kata-kata yang membuatnya terlempar ke kenyataan.
Lihat saja, punggungnya melengkung, es tehnya sudah bening, tapi sedotan kuning masih ada di mulutnya. Dia habis baterai.
Aku mengintip berapa banyak bar yang aku punya. Maksudku ingin kutransfer, tapi aku juga cuma punya satu. Tapi toh, punyaku masih jauh lebih banyak darinya. Makanya, aku membuka lenganku lebar-lebar, membawanya mendekat, dan membiarkan energiku mengalir ke arahnya.
Dia mendongak, menatap meterannya yang sekarang bergerak menuju nol.
"Kenapa...?"
"Aku cuma punya satu...?" Aku harap aku punya lebih banyak.
"Iya makanya! Kamu sadar nggak sih, kamu udah ngelakuin hal bahaya!"
"Tapi kamu minus," aku mendekapnya makin erat. "dan aku nggak akan biarin kamu..."
Aku tidak melanjutkan kata-kataku, karena sekarang dia terisak. Energiku yang baru saja terisi langsung beralih menujunya. Tapi toh, aku tidak keberatan. Karena seberapa banyak pun energi yang dia ambil dariku, meterannya selalu tak lebih besar dari nol.
"Semangat," Bisikku, yang semakin tak ada artinya.
=====================
klik di sini untuk ke daftar isi.
klik di sini untuk ke part selanjutnya.
klik di sini untuk ke part sebelumnya.
=====================
Comments
Post a Comment