YWH : You! [Prolog]

SIAL!

Scooter second harga murah meriah ini remnya sedikit aus, dan aku dengan bodohnya langsung memakai ke kampus tanpa pengecekan yang lebih mendalam –atau karena memang aku yang mengabaikan kata-kata Yudha kemarin?

Jalan masuk kampus aman saja karena semuanya datar, tapi kalau keluar, jalan menuju gerbang menurun tajam dan entah sudah sebanyak apa aku berteriak minggir dan membunyikan klakson.

Biar, biar saja kalian melihatku seperti gadis gila, ya Tuhan...

AKU JUGA MAU SELAMAT!!

Aku berusaha mengendalikan scooter yang memberontak, tidak mengindahkan kuasa pengendara. Aku juga sudah mencoba menggunakan kakiku untuk memperlambat laju scooter, tapi justru membuat si putih ini oleng. Aku jadi heboh sendiri.

Bagus, dengan teriakan tarzanku semua orang sudah minggir... Tapi tidak dengan anak laki-laki berseragam SMA didepan sana.

"HEI! MINGGIR! REM BLONG!" Teriakku. Dia bergeming.

Aku melirik ke kanan, hendak mengalihkan arah menuju ke sana. Tidak bisa, ada banyak orang lalu lalang.

"HEI BOCAH!" Teriakku lagi. Bocah laki-laki itu masih berjalan santai. "HOI! ANAK SMA YANG DISAN–!!"

Karena dia yang tak kunjung minggir, aku membanting diri ke kiri dan coba lihat sekarang.

"HUWAAA!!"

Aku tersungkur di semak-semak. Bocah SMA itu terlihat sedikit terkejut dengan kerusuhan yang baru saja terjadi. Hah! Baru sadar dia?!

Bocah itu menekuk lututnya dan mensejajarkan wajahnya dengan kepalaku. Aku berusaha duduk, dan melepaskan diri dari scooter yang menindihku. Kemudian menatap tajam si bocah karena tidak menolongku meskipun semua kejadian itu ada di depannya.

"Barusan kamu bicara denganku?" Tanyanya, tanpa uluran tangan dan pertanyaan basa-basi 'apa kamu baik-baik saja? maafkan aku.'

"Hah?" Aku mengerjap, sedikit bingung dengan pertanyaannya yang justru di luar dugaanku.

Dia kenapa? Apa dia sakit? Sedikit... aneh.

Aku menahan diri memutar telunjukku disamping dahi, dan malah makin melongo menatap matanya yang jernih.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Belinda dan Xandra menghampiri. Berusaha membereskan yang bisa mereka bereskan. Sesekali Xandra dan Belinda melirik-lirik ke arah si bocah SMA.

Tak lama Scooterku dengan mudah disingkirkan dan aku dibantu duduk –bukan, bukan si bocah laki-laki itu yang membantu gadis malang ini. Tapi Johnny, teman satu kelasku. Dia membantuku duduk sambil menatap tajam si pembuat situasi onar ini.

Bocah itu tetap tidak menunjukkan itikad untuk minta maaf, apalagi membantu. Dia hanya mematung melihat Johnny, Belinda, dan Xandra membereskan kekacauan yang kubuat –sebab dia juga sebetulnya.

Tak lama kemudian, beberapa orang mulai menolongku dan membawaku ke klinik kampus. Aku juga sudah menghubungi Yudha, dan tidak (mau) mendengarkan ocehannya. Jelas dia khawatir, tapi kan, aku dapat scooter itu darinya. Mau tidak mau aku sedikit menyalahkan seorang Oktavian Yudha Wardana.

Si putih diamankan, dan bocah itu masih di sana, berdiri di tempat –memandangi aku yang sedang dipapah pergi, dengan tatapan yang tidak bisa aku gambarkan.

-------------------------------
pernah di post di wattpad.
klik ini untuk ke daftar isi.
klik ini untuk ke part selanjutnya.
-------------------------------

Comments