Nation's 'Happiest' Son

Jonghyun berkali-kali memberanikan diri untuk mengatakannya pada gadis di depannya, namun apa daya. Meskipun saat ini perempuan itu hanya berdiri memunggunginya, semua itu masih sangat indah dimata seorang Kim Jonghyun. Indah yang membuat kaki Jonghyun menjadi seperti jelly, dan lidahnya kaku serta tenggorokannya mendadak kering.

Keindahan yang lagi-lagi menyirnakan semua kerja keras dan usahanya selama ini. Semua kata-kata yang telah ia rangkai sedemikian rupa malah runtuh, puingnya bahkan tidak bisa ia susun kembali.

Dengan semua nyali yang tersisa, ia tepuk pundak gadis itu.

"Eh? Jonghyun?" Suaranya mengalun indah, menggelitik telinga Jonghyun yang segera menyadarkan dirinya untuk tidak ngowoh akibat 'serbuan' manusia cantik itu.

"Apa sabtu ini jadwalmu kosong?" Akhirnya keluar juga suaraku. Batin Jonghyun.

Ya, Jonghyun menggunakan seluruh keberaniannya di tahun ini.

"Sabtu ya? Hm...."

Gawat, pikir Jonghyun.

Mata hazel jernih itu sedikit-dikit berputar, mencoba mencari jawaban. Dan Jonghyun sangat tahu kalau itu artinya.... sedikit sulit untuk Jonghyun.

"Sebenarnya aku udah beli tiket untuk mini konser Standing Egg..." Gadis itu menunjukkan dua tiket yang baru saja ia ambil dari halaman tengah buku jurnalnya.

Tunggu...

Dua tiket?

"Oh... ya udah kalau gitu."

Hening.

Jonghyun tersenyum, sambil mengusap tengkuknya, berkeringat. "Have a nice show, then..."

Dengan sedikit kikuk, Jonghyun memutar tubuhnya. Agaknya sebotol soju dan sebungkus snack dapat menemaninya mengobrol dengan Dongho malam ini.

"Jonghyun," suara gadis itu membuat langkahnya terhenti. "Kalau kamu ada acara nggak sabtu ini?"

Dalam sekejap, tubuh pria itu kembali berbalik. Membuat gadis itu sedikit terkejut, tapi sebentar kemudian terkikik pelan.

"Sebenarnya aku mau ngajak kamu cari kopi(?) Malam itu, tapi..." Mata Jonghyun menatap tiket yang masih gadis itu genggam.

"Kalau gitu kamu mau pergi sama aku aja nggak?"

"Eh?"

Pria yang biasa dipanggil kura-kura oleh Dongho itu agaknya memang mirip dengan kura-kura. Lambat. Tanpa memberikan respon yang berarti, matanya justru membulat dan mulutnya masih menganga. Gadis itu mulai mengagumi paras di depannya yang tidak kalah menggemaskan dengan adik laki-lakinya, kontras dengan Jonghyun yang biasanya kaku menakutkan tanpa senyum.

"Jadi gini, aku sengaja beli dua tiket, soalnya kakakku nggak bakal kasih aku izin kalau pergi sendirian. Jadi aku bohong perginya bareng teman, soalnya kakak lagi nggak bisa nemenin. Gitu..."

Gadis itu melirik obsidian Jonghyun yang masih membulat dengan sempurna.

Apa kata-katanya terlalu berbelit?

Atau justru terlalu langsung?

Tanpa gadis itu sadari, wajahnya mulai memerah, yang membuat Jonghyun segera tersadar. Ia tidak boleh lebih lama mempermalukan gadisnya itu.

Yah... harapan Jonghyun sih, seperti itu.

"Jadi...?"

"Aku mau!"

Takut kesempatannya hilang, Pria berambut hitam itu menyerukan jawabannya seperti pada kuis 1 vs 100 ronde 10.

Gadis itu tertawa, yang tentu saja sangat elok untuk disyukuri Kim Jonghyun.

"Makasih Jonghyun."

Tidak, Jonghyun yang harusnya membungkuk sampai tulangnya lepas kalau ia mau. Tapi tidak, ia harus sehat segar bugar sampai sabtu ini jika tidak ingin dikatai 'laki-laki-paling-tidak-bersyukur-nasional'. Sebagai gantinya, Jonghyun hanya tersenyum, yang justru membuat gadis itu ingin memeriksakan jantungnya ke dokter secepatnya.

Ketika mereka hendak berpisah, entah keberanian dari arwah mana yang tiba-tiba merasuki Jonghyun. Ia kembali menahan langkah gadis itu.

"Kenapa, Jonghyun?"

"Lain kali, kalau kakakmu nggak bisa nemenin, dan lagi nggak ada yang bisa pergi sama kamu, panggil aku aja. Aku bisa nyesuaiin jadwal, kok."

Demi kata-kata Jonghyun itu, sang gadis sangat yakin kalau ia harus bertemu dokter dengan alasan demam dan jantungan. Tapi untuk sekarang, sang gadis hanya menghadiahi Jonghyun senyuman termanisnya.

Mungkin memang mereka ditakdirkan bersama atau bagaimana, reaksi Jonghyun juga sama.

Saat ini, mungkin ia hanya bisa mengantar gadis itu sampai ke persimpangan jalan. Tapi selanjutnya, Jonghyun ingin memastikannya selamat sampai di depan pagar rumahnya. Kalau perlu sampai ia bertemu dengan keluarganya. Mengambil hati adiknya, meyakinkan kakaknya, dan membuat orangtuanya percaya padanya.

Dengan langkah ringan, Jonghyun berjalan -yang serasa terbang- ke minimarket terdekat. Dua botol Soju dan beberapa bungkus snack ia belikan untuk Dongho dengan ikhlas, karena saat ini ia tengah menjadi 'pria-paling-bahagia-nasional'.

--------------------------------------------------------
pernah dipost di wattpad.
--------------------------------------------------------

Comments