Mirah dan Duris

Photo by Zachary Delorenzo on Unsplash



Namanya Mirah, gadis berambut sebahu warna hitam yang selalu mengikuti gerak riang kepalanya dengan menyenangkan. Ia gadis pintar, disukai banyak orang, bahkan ketika dia hanya berdiri di dekat mereka. Banyak yang meminta Mirah duduk dan bertukar barang beberapa kata bersama mereka, banyak juga yang bertukar sapa di jalan.

Semua orang menyukai Mirah, dan Mirah mencintai dirinya sendiri juga.

Dunia begitu indah, menurut Mirah, dan dia tidak mau menghabiskannya dengan sesuatu yang tanpa perhitungan. Meskipun begitu, Mirah tetap bahagia dan bersedih seperlunya. Mirah sangat menyayangi hidupnya.

Di sisi lain ada laki-laki bernama Duris. Rambutnya begitu saja, wajahnya begitu saja. Kalau bertemu orang begitu saja, dan tidak ada yang benar-benar menganggapnya ada kecuali mereka butuh Duris. Sayangnya, mereka jarang butuh Duris. Tapi menurutnya, tidak ada untung ruginya juga asal dia masih bisa tidur dan makan dan main ponsel.

Semua orang tahu Duris, dan Duris juga tahu dirinya sendiri. Tidak tahu ya, dia sampai mengenal dirinya sendiri atau tidak.

Dunia biasa saja, menurut Duris, dan dia tidak mau tidak hidup enak selama dia masih hidup. Hidup enaknya adalah bisa makan ketika dia belum lapar, bisa tidur bahkan saat dia tidak mengantuk, dan bisa main ponsel sampai dia bosan.

Suatu hari, Mirah mau melanjutkan hidupnya yang menyenangkan. Dia selalu menunggu di belakang garis, dan menunggu lampu bergambar orang berubah merah. Dengan hati-hati dan patuh dia menyeberang jalan di tempat yang sudah ditentukan. Dia berhati-hati, tapi tetap menikmati udara pagi itu.

Suatu hari, Duris bangun seperti biasanya setelah tidur malam sesukanya. Seperti biasanya juga dia terlambat. Seperti biasa dia tetap mandi secukupnya, seperti biasa dia memacu mobilnya secepat mungkin. Seperti biasa dia tidak mengenal takut, tapi tidak seperti biasanya dia turun dari mobil meskipun belum sampai di tujuannya.

Mirah dan Duris bertemu. Mirah terkapar di jalanan, Duris mengumpat dengan keras. Duris dipukuli, tapi cuma sebentar. Mirah ditangisi, tapi cuma sementara. Duris menyusahkan orang lain, seperti biasa. Mirah dikelilingi orang-orang, seperti biasa. Perbedaannya adalah banyak yang kehilangan Mirah, tapi Duris justru baru mengenal Mirah. Orang-orang mengenang Mirah, tapi orang-orang melupakan Duris.

Mirah mati, Duris melenggang.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
cerpen ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba cerpen ruang kreasi tahun 2020.
sayangnya, tidak masuk peringkat sama sekali. semangat untuk zuzu :)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Comments