Maksudnya??

Dari ribuan Jinyoung di dunia ini, kenapa harus Jinyoung yang itu??

Bukan, bukan Woo Jinyoung, apalagi Park Jinyoung.

Dia Bae Jinyoung.

Aku mengacak rambutku sambil mendesah sebal. Asal kalian tahu, hanya karena wajahnya yang tampan serta bahunya yang over sized itu bukan berarti aku menyukainya. Maksudku... ya, aku mengakui kalau saat pertama kali melihatnya tanpa sadar aku bersyukur.

Tuhan masih mengizinkanku untuk melihat salah satu Keagungannya.

Tapi setelah mengenalnya, semua berubah. apakah overly cool boy sedang trend? Kalau benar, maaf aku akan mengangkat kaki dari dunia modern saat ini.

Jinyoung sangat diam, dan kaku, dan dingin, TERUTAMA DENGANKU. aku bahkan tidak dapat dengan mudah menemukan momen bersamanya, tapi kenapa sepertinya aku memiliki salah padanya? 

Lalu yang lebih parah, dia bahkan tidak berbicara satu patah kata denganku, meskipun hanya ada aku dan dia di ruangan. SEPERTI SAAT INI. Aku bergerak gelisah di bangku, dengan Jinyoung yang dari tadi duduk menunduk di depanku. Kelas sudah sepi, dan untuk tugas kelompok, kami sepakat untuk mengerjakannya bersama sepulang sekolah. Coba tebak, 10 menit kami hanya berdehem tidak jelas tanpa ada yang memulai percakapan.

krruyuk~

Jinyoung menatapku dengan mata bulat indahnya yang...

Ah, maksudku jinyoung menatapku setelah mendengar bunyi aneh dari perutku.

Ish.. tidak bisakah kamu membantuku sedikit, wahai perut kelebihan lemak??

Oke, saatnya mengakhiri ini. "Jadi, kita mulai dari-"

"Kamu lapar?"

Demi mendengar pertanyaannya, aku membulatkan mata.

Apa bunyi perutku kurang keras??

"Maksudku, kalau kamu lapar, kita bisa membicarakannya sambil makan... begitu..." Ujarnya sambil sedikit-dikit mencuri pandang ke arahku. Aku menatapnya bingung sampai menelengkan kepala dengan sikap anehnya.

"Hm... Nggak apa-apa kok, ayo kita selesaikan ini dengan cepat. Kamu juga udah tahu kan, aku lapar."

Aku mengeluarkan notes dan mulai mencatat apa saja yang harus kami kerjakan serta pembagian tugasnya. Lihat, dia memang sepertinya punya masalah denganku. Dari tadi, cuma aku yang bersuara. Saat aku tanya mengenai pendapatnya, ia hanya menganggukkan kepala dan menyetujui ide yang sebelumnya sudah aku lontarkan.

Intinya, dia hanya menurut saja dengan semua yang aku katakan.

"Jadi yang ini nanti sama ini,"

"Iya."

"Terus kita tinggal nyatuin yang ini,"

"Gitu juga nggak apa-apa."

"Hasilnya kira-kira kayak gini."

"Yaa... menurutku itu juga ide yang bagus-"

"Oy, Bae Jinyoung."

Aku meletakkan penaku, lalu melipat kedua tanganku di meja. Otomatis, posisiku makin mendekat ke arahnya, membuat ia menatap mataku yang menatapnya tajam secara langsung.

"Aku punya salah apa sama kamu?" Tanyaku tanpa tedeng aling-aling. Sepertinya dia sedikit terkejut dengan pertanyaanku, karena obsidiannya mulai berlarian menghindari tatapanku, dan wajahnya mulai ia tarik menjauh.

"Haha... Maksudmu?"

"Dengar, aku sudah sedikit lelah dengan kita yang seperti punya masalah, padahal kenal aja baru sekarang. Apa aku pernah membuatmu merasa kesal, atau bagaimana? Kenapa kamu sepertinya selalu menghindariku, dan serasa ingin cepat-cepat selesai saat ini?"

"Kan kamu yang lapar, makanya kalau lebih cepat selesai lebih baik kan? Tentang menghindarimu, aku  nggak-"

"Tapi ini kan tugas kelompok! Jangan diam saja! Kamu nggak bisa dong cuma ngangguk-ngangguk dan menyetujui semua ideku begitu saja! Harusnya kamu lebih aktif-"

"Ck! Kamu ini pura-pura nggak tahu atau bagaimana sih!"

Dia meninggikan suaranya. Aku terdiam, kemudian melongo menatap wajahnya yang sepertinya mulai sedikit kesal. Aku sedikit memundurkan tubuhku agar punggungku bertemu dengan kursi. Kok jadi dia yang marah...?

"Pura-pura nggak tahu apa?"

"Sini!"

Dia memainkan telunjuknya agar aku mendekat. Aku mengikutinya.

Akhirnya, kawan, kita akan mengetahui alasan kenapa Baejin yang terkenal itu selalu bertingkah aneh padaku.

"Aku menghindarimu karena aku nggak tahu harus bersikap gimana di dekatmu. Aku diam karena tiba-tiba semua kata-kata yang ada di mulutku lenyap, tenggorokanku kering, terus mendadak aku takut kalau aku salah ngomong..."

Aku masih diam, membalas matanya yang dari tadi tidak lepas melihat ke arahku.

"Kamu ngerti sekarang?"

Hah? Aku memiringkan kepalaku. Entah karena efek lapar atau apa, tapi... "Jadi intinya apa?"

Jinyoung terlonjak dari kursinya kemudian mengacak rambutnya frustasi.

"URGH kamu ini bener-benerrr yaaa!!" Ia berseru gemas sambil kemudian mengacak rambutku.

"HEII!"

"Sudah selesai kan pembagian tugasnya? Kalau masalah itu jangan khawatir, aku terima saja kok semuanya. Jujur, ideku juga nggak jauh beda kayak kamu dan aku percaya sama kamu. Terus kalau bisa kita kerjain bareng aja biar nggak ada miskomunikasi, tiap pulang sekolah, di mana aja boleh. Rumahmu, rumahku, dimanapun asal bareng."

"Hah?"

Bukannya menjawab, Jinyoung malah memakai ranselnya lalu mengambil tasku yang masih tergeletak di samping meja.

"Kamu lapar kan? Ayo makan, aku yang traktir." Katanya, lalu melenggang begitu saja keluar kelas sambil sedikit menggerutu. Meninggalkanku yang masih bingung dengan semua yang baru saja terjadi.

"HOI! Woy! Bae Jinyoung tunggu aku!"

Aku membereskan notes dan pena, kemudian segera menyusulnya. Aku masih tidak paham yang terjadi... tapi kenapa wajahku memanas?

Perkataan Bae Jinyoung tadi apa maksudnya sih? Apa pertanyaanku sudah terjawab?

Kalian tahu tidak apa yang Bae Jinyoung ingin sampaikan?

--------------------------------------------------------
pernah dipost di wattpad.
--------------------------------------------------------

Comments